Senin, 15 September 2008

Puasa

Selama bulan Ramadhan, penganut agama Islam akan berpuasa setiap hari sampai Idul Fitri tiba. berpuasa itu adalah akhir dari bulan Ramadhan dirayakan dengan sukacita oleh seluruh muslim di dunia. Pada malam harinya (malam 1 syawal), yang biasa disebut malam kemenangan, mereka akan mengumandangkan takbir bersama-sama. Di Indonesia sendiri ritual ini menjadi tontonan yang menarik karena biasanya para penduduk (yang beragama Islam) akan mengumandangkan takbir sambil berpawai keliling kota dan kampung, terkadang dilengkapi dengan memukul beduk dan menyalakan kembang api.

Esoknya tanggal 1 Syawal, yang dirayakan sebagai hari raya Idul Fitri, baik laki-laki maupun perempuan muslim akan memadati masjid maupun lapangan tempat akan dilakukannya Shalat Ied. Shalat dilakukan dua raka'at kemudian akan diakhiri oleh dua khotbah mengenai Idul Fitri. Perayaan kemudian dilanjutkan dengan acara saling memberi ma'af di antara para muslim, dan sekaligus mengakhiri seluruh rangkaian aktivitas keagamaan khusus yang menyertai Ramadhan.


[sunting] Shalat tarawih
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Shalat Tarawih
Pada malam harinya, tepatnya setelah shalat isya, para penganut agama Islam melanjutkan ibadahnya dengan melaksanakan shalat tarawih. Shalat khusus yang hanya dilakukan pada bulan Ramadhan. Shalat tarawih, walaupun dapat dilaksanakan dengan sendiri-sendiri, umumnya dilakukan secara berjama'ah di masjid-masjid. Terkadang sebelum pelaksanaan shalat tarawih pada tepat-tempat tertentu, diadakan ceramah singkat untuk memberkali para jama'ah dalam menunaikan ibadah pada bulan bersangkutan.


[sunting] Turunnya Al Qur'an
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Nuzulul Qur'an
Pada bulan ini di Indonesia, tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan, (terdapat perbedaan pendapat para ulama mengenai tanggal pasti turunnya Al Qur'an untuk pertama kalinya[2]) diperingati juga sebagai hari turunnya ayat Al Qur'an (nuzulul qur'an) untuk pertama kalinya oleh sebagian muslim. Pada peristiwa tersebut surat Al Alaq ayat 1 sampai 5 diturunkan pada saat Nabi Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira. Peringatan peristiwa ini biasanya dilakukan dengan acara ceramah di masjid-masjid.


[sunting] Laylatul Qadar
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Laylatul Qadar
Laylatul Qadar (malam ketetapan), adalah satu malam yang khusus terjadi di bulan Ramadhan. Malam ini dikatakan dalam Al Qur'an pada surat Al Qadar, lebih baik daripada seribu bulan. Saat pasti berlangsungnya malam ini tidak diketahui namun menurut beberapa riwayat, malam ini jatuh pada 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan, tepatnya pada salah satu malam ganjil yakni malam ke-21, 23, 25, 27 atau ke-29. Sebagian muslim biasanya berusaha tidak melewatkan malam ini dengan menjaga diri tetap terjaga pada malam-malam terakhir Ramadhan sembari beribadah sepanjang malam.[3]


[sunting] Umrah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Umrah
Ibadah umrah jika dilakukan pada bulan ini mempunyai nilai dan pahala yang lebih bila dibandingkan dengan bulan yang lain. Dalam Hadits dikatakan "Umrah di bulan Romadhan sebanding dengan haji atau haji bersamaku." (HR: Bukhari dan Muslim).[4]


[sunting] Zakat Fitrah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan khusus pada bulan Ramadhan atau paling lambat sebelum selesainya shalat ied. Setiap individu muslim yang berkemampuan wajib membayar zakat jenis ini. Besarnya zakat fitrah yang harus dikeluarkan per individu adalah satu sha' makanan pokok di daerah bersangkutan. Jumlah ini bila dikonversikan kira-kira setara dengan 3,1 liter atau 2,176 liter beras. Penerima Zakat secara umum ditetapkan dalam 8 golongan (fakir, miskin, amil, muallaf, hamba sahaya, gharimin, fisabilillah, ibnu sabil) namun menurut beberapa ulama khusus untuk zakat fitrah mesti didahulukan kepada dua golongan pertama yakni fakir dan miskin. Pendapat ini disandarkan dengan alasan bahwa jumlah zakat yang sangat kecil sementara salah satu tujuannya dikeluarkannya zakat fitrah adalah agar para fakir dan miskin dapat ikut merayakan hari raya.


[sunting] Idul Fitri
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Idul Fitri dan Takbiran
Akhir dari bulan Ramadhan dirayakan dengan sukacita oleh seluruh muslim di dunia. Pada malam harinya (malam 1 syawal), yang biasa disebut malam kemenangan, mereka akan mengumandangkan takbir bersama-sama. Di Indonesia sendiri ritual ini menjadi tontonan yang menarik karena biasanya para penduduk (yang beragama Islam) akan mengumandangkan takbir sambil berpawai keliling kota dan kampung, terkadang dilengkapi dengan memukul beduk dan menyalakan kembang api.

Esoknya tanggal 1 Syawal, yang dirayakan sebagai hari raya Idul Fitri, baik laki-laki maupun perempuan muslim akan memadati masjid maupun lapangan tempat akan dilakukannya Shalat Ied. Shalat dilakukan dua raka'at kemudian akan diakhiri oleh dua khotbah mengenai Idul Fitri. Perayaan kemudian dilanjutkan dengan acara saling memberi ma'af di antara para muslim, dan sekaligus mengakhiri seluruh rangkaian aktivitas keagamaan khusus yang menyertai Ramadhan.


[sunting] Penentuan awal Ramadhan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: hilal
Kalender Hijriyah didasarkan pada revolusi bulan mengelilingi bumi dan awal setiap bulan ditetapkan saat terjadinya hilal (bulan sabit). Metode penentuan saat terjadinya hilal yang digunakan saat ini adalah metode penglihatan dengan mata telanjang (dikenal dengan istilah rukyah) serta menggunakan metode perhitungan astronomi (dikenal dengan istilah hisab). Majelis Ulama Indonesia menggunakan kombinasi hisab dan rukyah untuk penentuan hilal. Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan metode rukyah sementara Muhammadiyah dan Persatuan Islam menggunakan hisab sebagai sandaran penentuan hilal.[5] Perbedaan metode ini menyebabkan adanya kemungkinan perbedaan hasil penetapan kapan awal dan berakhirnya Ramadhan sebagaimana sempat terjadi pada tahun 1998 (1418 H).

Bulan Ramadhan di Indonesia dan negara dengan penduduk mayoritas Islam pada umumnya dapat dihubungkan dengan meningkatnya daya beli dan perilaku konsumtif masyarakat akan barang dan jasa. Di Indonesia sendiri hal ini terkait erat dengan kebiasaan pemerintah dan perusahaan swasta untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para pegawainya. Peningkatan ini terjadi di hampir semua sektor dari transportasi, makanan, minuman hingga kebutuhan rumah tangga. Sehingga tidak jarang tingkat inflasi pun mencapai titik tertinggi pada periode bulan ini.[6] Fenomena ini secara kasat mata terlihat dengan menjamurnya para pedagang musiman yang menjajakan berbagai komoditas mulai dari makanan hingga pakaian, di ruang-ruang publik terutama di pinggir jalanan. Di samping juga maraknya penyelenggaraan bazaar baik yang disponsori oleh pemerintah, swasta, organisasi tertentu maupun swadaya masyarakat.

Pada bulan ini pada sebagian daerah di Indonesia, berkembang kebiasaan jalan-jalan sembari menunggu waktu berbuka, di Bandung kebiasaan ini dikenal dengan nama Ngabuburit, di Indramayu dikenal dengan nama Luru Sore (Cari Sore). Biasanya saat ini juga dimanfaatkan untuk membeli makanan dan minuman untuk dipergunakan saat berbuka puasa.
Di Indonesia umummnya orang berbuka puasa dengan yang manis-manis, padahal hidangan yang mengadung gula tinggi justru akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Hal ini berasal dari kesimpulan yang tergesa-gesa atas sebuah hadits bahwa Rasulullah berbuka puasa dengan kurma. Karena kurma rasanya manis, maka muncul anggapan bahwa berbuka (disunahkan) dengan yang manis-manis. Pada akhirnya kesimpulan ini menjadi waham dan memunculkan budaya berbuka puasa yang keliru di tengah masyarakat.

[sunting] Peristiwa penting yang terjadi pada bulan Ramadhan
Perang Badar: 17 Ramadhan 2 AH - Adalah pertempuran pertama yang dilakukan kaum Muslim setelah mereka bermigrasi (hijrah) ke Madinah melawan kaum Quraisy dari Mekkah. Pertempuran berakhir dengan kemenangan pihak Muslim yang berkekuatan 313 orang melawan sekitar 1000 orang dari Mekkah.
Pembunuhan atas Ali bin Abi Thalib: 21 Ramadhan 40 H: Khulafaur Rasyidin keempat dan terakhir, dibunuh oleh seorang Khawarij yang bernama Abdurrahman bin Muljam. Beliau meninggal pada tanggal 23 Ramadhan tahun itu juga. Kematiannya menandai berakhirnya sistem kekhalifahan Islam, dan kemudian dimulai dengan sistem dinasti.

Romadhon

Ramadhan berasal dari akar kata ر م ﺿ , yang berarti panas yang menyengat atau kekeringan, khususnya pada tanah. Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus). Bulan ke sembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh segatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Di malam hari panas di bebatuan dan pasir sedikir reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadhan, bulan dengan panas yang menghanguskan.

Setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadhan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami 'panas'nya Ramadhan secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadhan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau, diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadhan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadhan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Wallahu `alam.

Dari akar kata tersebut kata Ramadhan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadhan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Namun kata ramadan tidak dapat disamakan artinya dengan ramadhan. Ramadan dalam bahasa arab artinya orang yang sakit mata mau buta. Lebih lanjut lagi hal itu dikiaskan dengan dimanfaatkannya momen Ramadhan oleh para penganut Islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi.[1]

Perbedaan Idul fitri

Kenapa sering kali ditemuin adanya perbedaan pada Idul Fitri…..antara NU dan Muhammadiyah…..sering kali kita mengalaminya bahkan tidak cuma sekali or dua kali….ini sudah terjadi sejak dulu.

Perbedaan ini karena ada nya yang memakai penanggalan dan memakai Bulan….sebenarnya keduanya benar tetapi mana yang lebih benar saya sendiri kurang tahu.Saya sendiri lebih memilih mengikuti khalifah,dalam hal ini pemerintah,tapi ini benar atau tidak saya sendiri tidak tau (gak ahlinya sich….ada yang ngeti gak kasi tau donk)

Tapi Pemerintah sendiri menanggapinya dengan jalan mengeluarkan statment jangan mempermasalahkan hal ini….wah padahal ini tentang akidah…..kan gak bisa di perlakukan kaya gitu….misal kita kebanakan puasa (puasa pas Idul Fitri ) kan hukum nya haram.

Tapi dengan dalil biar bersatu dan tidak ada perpecahan antar umat akidah di halal kan….aneh kan????napa gak duduk bersama mencari jalan pemecahannya….

What ever dah …..yang jelas kita sebagai umat dah lakuin kewajiban kita….ikutin yang tau (para kiyai or ulama) hehehe semoga kita jadi bagian Islam yang umat nabi Muhammad SAW….soal nya kan ada hadist bahwa setelah wafat Rosul islam terpecah jadi 72 bagian dan hanya 1 bagian yang bener…..serem ya…..

Minal Aidzin Wal faidzin Takauballahhumina Wa MinkUm

NU Ikuti Depag soal Idul Fitri Jika Metode Penetapan Sama

NU Ikuti Depag soal Idul Fitri Jika Metode Penetapan Sama


Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (NU) KH Ghazalie Masroerie menyatakan, NU akan mengikuti penetapan Idul Fitri 1428 H oleh Departemen Agama (Depag) sepanjang metode yang digunakan sama.

"Kalau Depag dalam penetapannya berbeda dengan cara NU, maka NU tidak akan mengikuti pemerintah," tegas Kiai Ghazalie di Jakarta, Jumat.

Metode yang dimaksud Kiai Ghazalie adalah penetapan Lebaran (Idul Fitri) berdasar rukyat atau melihat bulan secara langsung. Selama ini, NU selalu menggunakan metode rukyat dalam menentukan awal bulan Ramadhan maupun lebaran.

Penggunaan metode rukyat, kata Kiai Ghazalie, dilakukan bukan karena NU tidak bisa melakukan metode hisab (penghitungan astronomi). Metode rukyat dipakai karena merupakan metode yang senantiasa digunakan Nabi Muhammad SAW.

Soal penetapan Idul Fitri 1428 H, NU akan melakukan rukyat sekaligus mengikuti sidang isbat yang akan digelar Depag pada 11 Oktober mendatang. Dalam sidang isbat, Depag menggunakan berbagai metode dalam penentuan lebaran, termasuk hisab dan rukyat.

"Jadi, NU baru bisa menetapkan itu setelah dilakukan sidang isbat bersama sejumlah organisasi Islam lainnya di Depag," katanya.

Ditanya apakah nantinya hasil sidang isbat akan sama dengan yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat Muhammadiyah yakni Lebaran jatuh pada 12 Oktober, Kiai Ghazalie mengatakan bisa saja sama. Namun dirinya belum bisa memastikan. "Kita juga mengharapkan adanya persamaan dalam penetapan Idul Fitri 1428 H," katanya.(*)

COPYRIGHT © 2007

Pesan Ramadhon

Kala Iedul Fitri tiba, lantunan “Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar” bergema di jagad alam ini. Takbir, Tahmid dan Tahlil tak henti-hentinya dilantunkan Ummat Islam, sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang tak terhingga.Yaitu syukur setelah sebulan penuh kita ditempa dalam 'madrasah Ramadhan' yang sarat nilai dan makna. Begitu agung pesan-pesan Ramadhan yang hendak Allah sampaikan kepada insan yang beriman. Melalui beragam ‘amaliyyah ‘ubudiyyah seperti shaum, tilawah Al-Qur’an, shalat tarawih, zakat, infak, sedekah, i’tikaf (kontemplasi), Allah ingin agar pesan-pesan Ramadhan itu kita tangkap, hayati dan diaktualisasaikan dalam keseharian hidup kita, sehingga, kita semua diharapkan menjadi insan yang bertakwa dengan segala dimensinya.

Pada titik ini, tampaknya kita harus merenung sesaat, sudahkan kita meraih tujuan dari Shaum Ramadhan kita? Ataukah nanti di hari Iedul Fitri itu menjadi antiklimaks amaliyyah ubudiyyah kita? Kalau demikian keadaannya, maka Ibadah Ramadhan yang penuh nilai dan makna ini tidak akan menjadi apa-apa dan hanya akan jadi pepesan kosong belaka. Tentu kita tidak ingin Ramadhan ini menjadi ritual tahunan yang kosong tanpa makna. Kita tak ingin ibadah Ramadhan kita seperti tong sampah yang nyaring bunyinya.

Kita semua sudah mafhum bahwa tujuan utama Ibadah Puasa Ramadhan ini adalah taqwa. Ketaqwaan ini sangat luas makna dan cakupannya. Ia meliputi segala aspek kehidupan seorang Muslim. Kendati demikian, setidaknya Al-Qur’an dan sunnah telah mengisyaratkan dimensi ketaqwaan yang harus dijadikan pegangan seorang Muslim.

Pertama, taqwallaah (3:102), yaitu bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya, yakni taqwa lahir dan batin. Dengan bertaqwa kepada Allah, diharapkan seorang Muslim mempunyai sikap hanya takut dan berharap kepada-Nya. Dengan demikian, secara horizontal maka ia tak perlu cemas dan khawatir lagi terhadap apa yang akan menimpa dirinya. Ia hanya akan bersandar sepenuhnya kepada kehendak Allah. Dalam dirinya terpatri sikap bahwa Allah lah sebagai ¬Almaula (penolong) satu-satunya. Sikap takut terhadap Allah berbeda dengan sikap takut terhadap makhluk. Karena sikap takut kepada Sang Khalik justru akan memunculkan sikap roja (berharap) terhadap rahmat dan kasih sayangNya. Allah sendiri memproklamirkan diri-Nya bahwa ramat-Nya itu meliputi segala hal, tanpa kecuali.

Kedua, taqwannar (66:6), yakni takut terhadap api neraka yang disediakan bagi orang-orang yang bermaksiat dan durhaka kepada Allah. Menghindarkan diri dari api neraka ini dimulai dari diri sendiri kemudian keluarga. Jika masing-masing keluarga melakukan fungsinya sebagai lembaga pengendalian amar ma’ruf nahyi munkar, niscaya akan muncul masyarakat yang saleh, yang tidak bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, lingkungan rumah sebagai tempat bersemainya pondasi-pondasi keluarga haruslah sebuah lingkungan yang menyenangkan. Maka, Islam menggagas konsep ‘Baiti Jannati’, rumahku surgaku.

Ketiga, taqwa al-arhaam (4:1), yakni taqwa silaturrahim. Maksudnya, menjaga diri terhadap hubungan sosial kemasyarakatan. Ketaqwaan ini berangkat dari sikap dasar manusia yang menurut sosiolog Muslim Ibnu Khaldun sebagai masyarakat sosial. Di banyak hadits Rasulullah secara affirmative mendudukkan ibadah sosial ini lebih utama ketimbang ibadah shalat malam dan puasa sekalipun. Diceritakan bahwa ada seorang wanita yang kala malam tiba ia dirikan shalat malam. Dan kala siang menjemput ia berpuasa. Lalu diceritakan bahwa wanita itu kerapkali menyakiti tetangganya. Dan Rasulullah pun mengatakan bahwa pada diri wanita sama sekali tak ada kebaikan.

Keempat, taqwa adzulmu, yaitu menjaga diri dari tindakan zalim terhadap orang lain. Kezaliman adalah perbuatan yang sangat dilarang Allah. Bahkan Allah sendiri telah mengharamkan kazaliman atas diri-Nya. Selain dapat memantik kerugian di dunia, kezaliman akan menjadi petaka bagi kita di Hari Kimat nanti. Rasulullah bersabda, “Bertawqallah kalian terhadap kezaliman. Sesungguhnya kezaliman itu kegelapan di Hari Kiamat nanti.” (HR. Muslim)

Kelima, taqwa an-nisaa, yaitu berhati-hati terhadap wanita. Sikap kehati-hatian ini bukan berarti Islam memojokkan wanita. Tapi karena memang Allah telah memberikan daya tarik dan anugerah luar biasa pada diri wanita. Sehingga betapa banyak kesuksesan seseorang yang jatuh akibat wanita. Sebaliknya, wanita juga dapat menjadi motivator bagi kesuksesan seseorang. Ada banyak cerita masa lalu yang terjadi di masa Bani Israil, seperti kisah rahib Israil yang mengobati wanita kemudian berzina sampai hamil dan membunuhnya, sampai akhirnya musyrik karena menyembah syetan. Hal inilah yang dipesankan oleh Rasulullah, “Bertaqwallah kalian terhadap wanita. Karena sesungguhnya fitnah pertama kali pada Bani Israel itu adalah wanita.” (HR. Muslim)


Keenam, taqwa al-fitnah (8;25), yakni berhati-hati terhadap azab atau petaka baik di dunia ataupun di akhirat. Allah mengisyaratkan kepada kita bahwa petaka dunia ini, baik yang berupa bencana alam ataupun krisis dan wabah penyakit, merupakan akumulasi dosa kolektif ummat manusia. Maka ketaqwaan terhadap fitnah ini dituntut agar kita memiliki tanggung jawab amar ma’ruf nahyi munkar. Sebab, kesalehan personal saja tidak cukup untuk menghindarkan dari petaka alam ini. Kita memerlukan kesalehan kolektif sehingga bencana alam dapat dihindari sedini mungkin.

Demikianlah sebagian dimensi taqwa yang merupakan pesan Ramadhan, yang harus kita jadikan wasiat di kehidupan kita selanjutnya, sehingga tujuan Puasa Ramadhan untuk mencetak insan yang bertaqwa benar-benar dapat diwujudkan, bukan sekadar ritual tahunan yang tak menghasilkan apa-apa. Tentu kita tidak ingin pesan Ramadhan kita sekadar rasa haus dan lapar semata, karena jika itu yang kita raih, maka apakah hewan sekalipun bisa melakukannya.Wallahua’lam.

Oleh Mochamad Ilyas

Uang Mengalir

Ingin dapat duit kunjungi website dibawah ini


Klik Dolar










Rabu, 10 September 2008

Terapi Ruqyah Syariah

Assalamualaikum wr. wb
Insya alloh setiap hari ahad pukul 08.00 - 10.00 WIB
akan diadakan Ruqyah Syariah
Oleh Tim Ruqyah Syariah Center Semarang
di Masjid As Syifa
Rumah Sakit Dr.Kariadi
Semarang

"GRATIS "
Apabila ada kotak amal keliling di isi boleh, tidak isi juga boleh.

Untuk Informasi Bisa menghubungi
Takmir Masjid
atau
epang

085290476699 ( telkomsel )
08892404641  ( Smartfren )

http://www.panuluh.com
panuluh1@gmail.com
PIN BB 327c0a2a
MP3 Ruqyah
http://www.4shared.com/mp3/mpLIu-fO/ruqyah.html

Berkah Herbal Banner 1

Pengobatan Jarak Jauh Lewat Televisi, Apakah Menggunakan Jin?

Assalamualaikum wr. wb.

Akhir-akhir ini di televisi sering diadakan pengobatan alternatif jarak jauh lewat televisi. Dalam tayangan itu, si penyembuh meminta pada si penelpon (pasien) untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu, sehingga sakit yang diderita pasien bisa sembuh. Apakah orang tersebut (ahli pengobatan) menggunakan jasa jin? Bagaimana pandangan Islam tentang hal ini? Mohon penjelasan dari pak Ustadz. Jazakumullah khairan katsira.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Mahatir
mh at eramuslim.com

Jawaban

Wa'alaikumsalaam wr. wb.

Saudara Mahatir, terlepas dari apa yang dilakukan si pengobat itu di televisi dan terlepas siapa dia. Tapi dalam Islam ada kajian-kajiannya tentang pengobatan jarak jauh. Pada dasarnya, pengobatan ruqyah syar'iyyahadalah pengobatan langsung tatap muka berhadapan antara pengruqyah dengan si pasien.

Sebagaimana yang dilakukan oleh seorang sahabat Usman bin Abdil 'Ash, di mana ketika ia mengalami gangguan yang disebabkan oleh jin, yang mengganggu konsentrasinya dalam sholat, maka ia pergi ke Madinah untuk bertemu dengan Nabi SAW dan mengadukan masalahnya. Kemudian ia meminta didoakan dan diruqyah oleh Nabi SAW. Padahal untuk bertemu Nabi SAW harus menempuh perjalanan yang sangat jauh, hal ini menunjukan bahwa usahanya harus datang ke Madinah untuk bertemu langsung dengan Nabi SAW, lalu diruqyah dan sembuh.

Masalahnya sekarang, karena teknologi sudah canggih seperti adanya handphone dan telepon. Jadi intinya bacaan ruqyah itu sampai ke telinga si pasien, sebagian ulama pun memfatwakan bolehnya ruqyah mulalui telepon, karena suaranya sampai. Atau melalui televisi, di mana si Ustadz membacakan ayat di televisi dan si pasien di rumah mendengarkannya, artinya ada suara yang sampai. Di luar itu, kalau kemudian ada gerakan tertentu atau jurus-jurus tertentu yang harus dilakukan, bahkan harus menempelkan tangan di layar kaca TV menunjukan indikasi bahwa ilmu yang dipakai si pengobat tidak benar, karena tidak ada dalam syariat Islam. Biasanya ilmu yang ditransfer jarak jauh menggunakan bantuan jin.

Transfer ilmu jarak jauh, mengobati lewat telepon tanpa membaca ayat ruqyah. Namun kalau sifatnya hanya merupakan senam kesegaran jasmani, itu namanya senam. Tapi, kalau kemudian ada disebutkan pengobatan alternatif yang menggunakan gerakan, dan tidak ada kajian medisnya. Maka hal itu tidak ada dalam kajian Islam, karena pada ruqyah pun tidak ada gerakan-gerak atau jurus tertentu. Biasanya yang memakai gerakan atau jurus tertentu, ada dalam ilmu perdukunan. Demikian kesimpulan dari saya, dan itu terlepas dari siapa yang ada di televisi tersebut.

Wassalaam,

Ustadz Budi Ashari

Sering Sakit Kepala Sebelah, Apakah karena Belajar Tenaga Dalam?

Assalamu'alaikum wr. wb.

Kepala saya sering sakit sebelah, dan ini telah berlangsung lama. Di masa SMA dulu saya pernah belajar ilmu bathin, dan saya juga pernah belajar ilmu pernafasan tenaga dalam. Apakah karena hal tersebut yang membuat kepala saya sering sakit, dan apakah bisa diobati melalui ruqyah? Apakah belajar tenaga dalam dibolehkan dalam agama Islam? Terima kasih.

Wassaalam,


Dasrizal
des at eramuslim.com

Jawaban
Wa'alaikumsalaam wr. wb.

Saudara Dasrizal, di kita ada beberapa kasus yang menunjukan bahwa ilmu yang dipelajari orang di masa lalu itu ternyata berefek. Efeknya bermacam-macam di antaranya sakit kepala sebelah (migren) sekian puluh tahun. Dan setelah si penderita sakit kepala melakukan ruqyah, maka sembuhlah penyakitnya. Ternyata, sakit kepalanya itu, akibat gangguan jin atau memang karena dia mempelajari ilmu-ilmu tenaga dalam. Oleh karena itu, jangan coba-coba mempelajari ilmu seperti itu.

Sekarang anda telah mengetahui bahwa ilmu yang anda pelajari menimbulkan efek sakit kepala pada diri anda. Jika ditanya apakah mungkin dilakukan ruqyah? Jawabannya adalah sangat mungkin. Apalagi bila anda sudah tidak menggunakan ilmu tersebut. Biasanya, setan yang sudah terlanjur suka, karena sering anda mintai bantuan dengan menggunakan tenaga dalam. Tapi, sekarang setan itu anda lupakan begitu saja, maka setan itu akan marah dan membuat ulah sehingga anda sakit.

Ini bisa dijadikan tolak ukur, bahwa ilmu-ilmu tenaga dalam tersebut merupakan ilmu yang tidak perlu kita pelajari. Dari kasus yang kita pelajari dilapangan, namun kita belum bisa mengeneralisir, tapi orang-orang yang datang kepada kita, yang mengatakan mempunyai ilmu tenaga dalam dan sebagainya. Ternyata, semuanya atas bantuan setan. Untuk itu, lakukanlah ruqyah beberapa kali. Insyaallah sakit kepala anda akan hilang.

Demikian jawaban dari saya, mudahan-mudahan penyakit anda cepat sembuh.

Wassalaamu'alaikum wr. wb.

Diruqyah 4 Kali Jin Belum Keluar Juga

Assalaamu'alaikum Wr.Wb.

Ustadz yang kami hormati, saya sebelum mengenal ruqyah tidak merasa ada keluhan apa-apa, namun karena ingin kepastian apa ada jin yang bersarang di tubuh, akhirnya saya ikut acara ruqyah, ternyata ada reaksi di sekitar leher. Sampai-sampai ustadz peruqyahnya bisa wawancara dengan jin tersebut. Saya setengah sadar mengucapkan dua kalimat syahadat waktu itu, namun jin belum bisa keluar.

Di lain waktu saya ke situ lagi, dan jin tersebut belum keluar juga. Saya cari Ustad lain untuk meruqyah namun belum bisa juga, terakhir ke ustadz yang lain lagi juga belum keluar. Hingga sekarang saya suka terasa reaksi jika dzikir, sholat, ataupun baca Al-Qur'an.

Yang ingin saya tanyakan:

1. Mengapa pada waktu belum diruqyah ibadah saya lancar-lancar saja tapi sekarang setelah diruqyah sering bereaksi?

2. Apa yang harus saya lakukan dengan keadaan saya sekarang? Apakah bisa saya meruqyah sendiri? Kalau bisa bagaimana caranya?

3. Apakah jin yang ada di dalam tubuh membahayakan aqidah kita?

4. Apakah jin tersebut berpengaruh langsung terhadap posisi hamba disisi Allh SWT? Dan apakah bisa menghalangi keridhoanNya?

5. Bagaimana bila ajal tiba sedangkan jin tersebut belum keluar, apakah menghalangi masuknya hamba ke dalam syurga?

6. Di bulan Ramadhan yang lalu pada saat sholat malam saya juga bereaksi, mengapa bisa, padahal ada hadist yang mengatakan bahwa syetan dibelenggu di bulan Romadhan?

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Triyono
abi_muadz at eramuslim.com

Jawaban
Wa'alaikumsalaam wr. wb.

Saudara Triyono, ada hal yang harus diluruskan bahwa ruqyah itu tidak mengundang jin, tetapi ruqyah itu adalah doa-doa untuk menghilangkan jin. Maka, kalaupun kemudian anda bereaksi, padahal anda merasa tidak memiliki gangguan jin. Mungkin anda selama ini tidak merasa, kalau sesungguhnya anda mempunyai gangguan.

Sayangnya, anda tidak menceritakan secara detail, apakah anda mempunyai gangguan rasa sakit di sekitar leher, atau anda sesungguhnya anda mempunyai masalah secara psikologis. Seperti cepat marah, berat menjalankan ibadah, sering menunda untuk berbuat baik. Artinya, hal tersebut merupakan indikasi anda mengalami gangguan, tapi anda tidak mengetahuinya. Dan begitu diruqyah, anda baru mengetahui ternyata anda mempunyai gangguan jin.

Setelah berulangkali anda melakukan ruqyah, tapi tidak kunjung selesai. Tidak seluruh masalah bisa selesai dalam waktu yang cepat. Sahabat saja dengan tingkatannya, ketika mereka meruqyah ada yang butuh waktu sampai 3 hari. Maka dari itu, dibutuhkan kesabaran, jadi bukan tingkat hasil kita akan sembuh, tetapi itu merupakan upaya syar'i yang akan dicatat oleh Allah SWT sebagai pahala, karena kita menjauhi upaya yang syirik.

Jadi lakukan ruqyah terus, karena memang tidak ada solusi lain dalam Islam, selain ruqyah. Anda bisa melakukan ruqyah sendiri, caranya anda bisa mendengarkan kaset ruqyah atau anda membaca sendiri bacaan ruqyahnya. Kemudian peganglah bagian yang bereaksi dan sakit, anda memukulnya dan menekannya, setelah itu jin tersebut harus keluar. Anda harus melindungi diri dengan berlindung kepada Allah SWT, beribadah yang rajin. Bacalah Basmallah bila ingin mengerjakan apa saja.

Setan selalu berusaha membuat manusia keluar dari jalan kebenaran, sebagaimana sumpah iblis dalam Al-quran, akan menggelincirkan manusia dari jalan yang lurus. Tapi, apabila anda kuat iman dan ibadahnya. Maka keberadaan setan dalam tubuh tidak akan mempengaruhi keimanan seseorang. Dan ketika seseorang meninggal sedangkan sudah ditakdirkan jin itu belum bisa keluar, tidak akan mempengaruhi orang tersebut disisi Allah SWT, bahkan bisa menambah pahala. Karena selama ini dia tersiksa dengan oleh jin tersebut. Dalam Islam seperti kita ketahui, jangan gangguan jin yang berat, duri yang menusuk kaki orang beriman dianggap sebagai pahala penghapus dosa.

Apakah jin di tubuh bisa menghalangi seseorang untuk masuk syurga? Selama dia tidak mengikuti perintah bisikan-bisikan jin yang sesat, maka tidak akan menjadi masalah dan tidak akan menghalagi seseorang masuk syurga. Karena masuk syurga atau tidak adalah bagaimana usaha kita dengan baik serta mendapat rahmat dari Allah SWT.

Di bulan Ramadhan setan dibelenggu? Dalam hadis lain, ternyata yang diikat adalah setan-setan yang melakukan pembangkangan yang luar biasa. Jadi tidak semua setan, sehingga wajar jika masih ada setan yang mengganggu manusia di bulan Ramadhan. Keberadaan jin dalam tubuh dapat mengganggu. artinya mengapa anda berekasi di bulan Ramadhan. Jangan pernah berputus asa, karena dalam ruqyah tidak ada istilah berputus asa. Lakukanlah ruqyah, semoga Allah selalu melindungi kita.***

Doa doa Rosullulloh

MediaMuslim.Info - Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang yang banyak berdoa, memohon dan menunjukkan ketergantungan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Beliau sangat menyukai kalimat-kalimat yang ringkas namun sarat makna dan juga menyukai ucapan-ucapan doa.

Doa adalah ibadah yang sangat agung, yang tidak boleh dipalingkan kepada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Hakikat doa adalah menunjukkan ketergantungan kita kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan berlepas diri dari daya dan upaya makhluk. Doa merupakan tanda Ubudiyah (penghambaan diri secara totalitas kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala). Doa juga merupakan lambang kelemahan manusia. Di dalam ibadah doa terkandung pujian terhadap Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Disamping itu terkandung juga sifat penyantun dan pemurah bagi Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Oleh sebab itu Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Doa itu adalah ibadah” (HR: Tirmidzi)

Di antara doa Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, yang artinya: “Ya Alloh, tolonglah daku dalam menjalankan agama yang merupakan pelindung segala urusanku. Elokkanlah urusan duniaku yang merupakan tempat aku mencari kehidupan. Elokkanlah urusan akhiratku yang merupakan tempat aku kembali. Jadikanlah kehidupanku ini sebagai tambahan segala kebaikan bagiku dan jadikanlah kematianku sebagai ketenangan bagiku dari segala kejahatan.” (HR: Muslim)

Di antara doa beliau adalah, yang artinya: “Ya Alloh, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Ya Rabb Pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, kejahatan setan dan bala tentaranya, atau aku melakukan kejahatan terhadap diriku atau yang aku tujukan kepada seorang muslim lain.” (HR: Abu Daud)

Demikian pula doa berikut ini: “Ya Alloh, cukupilah aku dengan rizki-Mu yang halal (supaya aku terhindar) dari yang haram, perkayalah aku dengan karunia-Mu (supaya aku tidak meminta) kepada selain-Mu.” (HR: At-Tirmidzi)

Di antara permohonan beliau kepada Alloh Subhannahu wa Ta’ala, yang artinya: “Ya Alloh, ampunilah dosaku, curahkanlah rahmat-Mu kepadaku dan temukanlah aku dengan teman yang tinggi derajatnya.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berdoa memohon kepada Rabb Subhanahu wa Ta’ala baik pada waktu lapang maupun pada saat sempit. Pada peperangan Badar, beliau berdoa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala hingga jatuh selendang beliau dari kedua pundaknya, memohon kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala agar menurunkan pertolongan bagi kaum muslimin dan menjatuhkan kekalahan atas kaum musyrikin. Beliau sering berdoa untuk dirinya sendiri, untuk keluarga dan ahli bait beliau, untuk sahabat-sahabat beliau bahkan untuk segenap kaum muslimin.

(Sumber Rujukan: Sehari Di Kediaman Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam, Asy-Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim)

Hawa Nafsu

MediaMuslim.Info - Nafsu adalah kecondongan jiwa kepada perkara-perkara yang selaras dengan kehendaknya. Kecondongan ini secara fitrah telah diciptakan pada diri manusia demi kelangsungan hidup mereka. Sebab bila tak ada selera terhadap makanan, minuman dan kebutuhan biologis lainnya niscaya tidak akan tergerak untuk makan, minum dan memenuhi kebutuhan biologis tersebut.Nafsu mendorongnya kepada hal-hal yang dikehendakinya tersebut. Sebagaimana rasa emosional mencegahnya dari hal-hal yang menyakitinya.

Maka dari itu tidak boleh mencela nafsu secara mutlak dan tidak boleh pula memujinya secara mutlak. Namun karena kebiasaan orang yang mengikuti hawa nafsu, syahwat dan emosinya tidak dapat berhenti sampai pada batas yang bermanfaat saja maka dari itulah hawa nafsu, syahwat dan emosi dicela, karena besarnya mudharat yang ditimbulkannya.

Sehubungan manusia selalu diuji dengan hawa nafsu, tidak seperti hewan dan setiap saat ia mengalami berbagai macam gejolak, maka ia harus memiliki dua peredam, yaitu akal sehat dan agama. Maka diperintahkan untuk mengangkat seluruh hawa nafsu kepada agama dan akal sehat. Dan hendaknya ia selalu mematuhi keputusan kedua peredam tersebut.

Lalu bagaimana solusi bagi orang yang sudah terjerat dari hawa nafsu agar terlepas dari jeratannya? Ia bisa terlepas dari jeratan hawa nafsu dengan pertolongan Allah dan taufik-Nya melalui terapi berikut :

Tekad membara yang membakar kecemburuannya terhadap dirinya.

Seteguk kesabaran untuk memotivasi dirinya agar bersabar atas kepahitan yang dirasakan saat mengekang hawa nafsu.
kekuatan jiwa untuk menumbuhkan keberaniaannya meminum seteguk kesabaran tersebut. Karena hakikat keberanian tersebut adalah sabar barang sesaat! sebaik-baik bekal dalam hidup seseorang hamba adalah sabar!.

Selalu memeperhatikan hasil yang baik dan kesembuhan yang didapat dari seteguk kesabaran.

Selalu mengingat pahitnya kepedihan yang dirasakan daripada kelezatan menuruti kehendak hawa nafsu.
Kedudukan dan martabatnya di sisi Allah dan di hati para hamba-Nya lebih baik dan berguna daripada kelezatan mengikuti tuntutan hawa nafsu.

Hendaklah lebih mengutamakan manis dan lezatnya menjaga kesucian diri dan kemuliaanya daripada kelezatan kemaksiatan.

Hendaklah bergembira dapat mengalahkan musuhnya, membuat musuhnya merana dengan membawa kemarahan, kedukaan dan kesedihan! Karena gagal meraih apa yang diinginkannya. Allah azza wa jalla suka kepada hamba yang dapat memperdaya musuhnya dan membuatnya marah (kesal). Allah berfirman : Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan demikian itu suatu amal shaleh. (At-Taubah:120). Dan salah satu tanda cinta yang benar adalah membuat kemarahan musuh kekasih yang dicintainya dan menaklukannya (musuh kekasih tersebut).

Senantiasa berpikir bahwa ia diciptakan bukan untuk memperturutkan hawa nafsu namun ia diciptakan untuk sebuah perkara yang besar, yaitu beribadah kepada Allah pencipta dirinya. Perkara tersebut tidak dapat diraihnya kecuali dengan menyelisihi hawa nafsu.

Janganlah sampai hewan ternak lebih baik keadaannya daripada dirimu! Sebab dengan tabiat yang dimilikinya, hewan tahu mana yang berguna dan mana yang berbahaya bagi dirinya. Hewan ternak lebih mendahulukan hal-hal yang berguna daripada hal-hal yang membahayakan. Manusia telah diberi akal untuk membedakannya, jika ia tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang berbahaya atau mengetahui tetapi lebih mendahulukan yang membahayakan dirinya maka jelas hewan ternak lebih baik dari pada dirinya.

(Dikutip dengan perubahan seperlunya dari Asbaabut Takhallush minal Hawaa oleh Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah)

BerAkhlaq Luhur

MediaMuslim.Info - Muslim yang benar selalu menampilkan budi yang baik, perangai yang lembut, perkataan yang lembut, perkataan yang halus dan ramah. Nabi manusia yang harus dijadikan panutan dan idola kaum muslimin telah banyak mencontohkan perbuatan perbuatan yang mulia diatas untuk menuntun umatnya.

Anas Radiyallahu ‘anhu, sahabat sekaligus pembantu setia nabi ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam, mengatakan bahwa beliau merupakan manusia yang paling baik ahlaknya. Anas Radiyallahu ‘anhu menceritakan: “Aku telah membantu Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam selama sepuluh tahun .selama itu pula tak pernah sekalipun meluncur dari lisan beliau kepadaku kata “ah”dan beliau tak pernah megatakan untuk suatu yang kerjakan mengapa engkau lakukan hal itu ?”tidak pula untuk suatu yang aku kerjakan “mengapa kamu tidak melakukannya?” (HR: Muttafaq alaih).

Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam selalu menjauhi perbuatan maupun ucapan yang kotor. Abdullaah Bin Amru bin Ash Radiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa nabi ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya yang termasuk insane piliha diantara kamu sekalian adalh yang terbaik ahlaqnya” (HR: Muttafaq alaih).

Dalam riwayat lain, yang artinya: “Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari islam dan sesungguhnya sebaik-baiknya manusia keislamannya adalah yang baik ahlaqnya” (HR: Thabrani ,Ahmad, Abu ya’la).

Dalam riwayat lain pula, yang artinya: “Sesungguhnya yang aku cintai di antara kalian dan paling dekat kedudukannya dengan ku dihari kiamat adalah yang paling baik ahlaqnya. Dan yang paling benci dan jauh dariku dihari kiamat adalah yang banyak bicara dan berlagak sombong serta bertele tele dalam berbicara.”bertanya pera sahabat:”ya Rasululloh, kami tahu apa yang dinamakan “Ats tsartsaarun wal mutasyaddiqun (banyak bicara dan bertele-tele),lalu apakah arti mutafaihaiqun’?’”Rasululloh menjawab.”Almutakabbirun (sombong).” (HR: Tirmidzi).

Semua sahabat Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam –yang diridhoi Alloh Subhanahu wa Ta’ala– selalu tekun mendengar dan mengikuti bimbingan ahlak yang mulia dari beliau. Mereka menyaksikan sendiri ketinggian akhlaq beliau. Mereka dengan penuh kesadaran dan semangat, berbuat sesuai deangan ajaran beliau, meneladani baliau, sehinga waktu itu tegaklah suatu masyarakat Islam yang indah, adil yang tidak bisa dilupakan didalam sejarah umat manusia.

Anas Radiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi penuh dengan sifat belas kasih, tak ada seorangpun mendatangi beliau kecuali beliau telah menjanjikan dan memenuhi janjinya jika telah berjanji jikatelah berjanji dengan saorang meskipun beliau sedang mendirikan shalat. Pernah datang saorang arab badui kepada beliau, lalu menarik baju beliau seraya berkata: sesungguhnya aku tetap akan melaksanakan hajatku (sekarang juga), aku takut lupa, maka Nabi berdiri bersamanya sehingga ia menyelesaikan hajatnya kemudian beliau menghadap kiblat dan meneruskan Shalat” (HR: Bukhari).

Tidak nampak pada diri Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam rasa keberatan sedikitpun untuk mendengar orang arab itu dan menyelesaikan hajatnya, padahal beliau tengah mendirikan sholat. Tidaklah sempit dadanya mendapat perlakuan kasar laki-laki tersebut yang menarik bajunya, dan menunggu menyelesaikan hajatnya sebelum shalat. Beliau bersabar, lembut dalam membengun masyarakat yang tegak atas moral yang suci. Beliau mendidik kaum muslimin melalui perbuatan nyata, bagaimana seharusnya saorang muslim membantu sesama saudaranya. Dia telah menegakkkan suatu prinsip dan sendi-sendi akhlaq yang diperlukan bagi masyarakat muslim yang kokoh.

Jika kita lihat, kebajikan moral pada masyarakat bukan muslim selalu berpulang kepada kebaikan system pendidikan, dan hasil kerja ilmiah. Sedangkan pada masyarakat muslim, sebelum dikembalikan kepada unsur-unsur tersebut, terlebih dulu masalah-masalah itu kembalikan kepada agama yang menjadikan akhlaq sebagai tabiat asli kaum muslimin dan akhlak memproleh kedudukan yang tinggi dalam Islam, akhlaq memiliki berat bobot timbangan disisi Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda, yang artinya: ”Tiada sesuatu yang lebih berat timbanganya bagi saorang muslim dihari kiamat daripada keluhuran ahlaknya.dan allah membenci orang yang keji dalam ucapan ataupun perbuatannya” (HR: Thabrani).

Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam sangat menekankan pada perkara akhlaq ini. Semua beliau lakukan dengan berbagai acara baik dengan lisan maupun perbuatan nyata sehingga beliau berhasil meresapkan ajaran beliau kelubuk hati hati para sahabatnya sekaligus pengikutnya, mensucikan jiwa mereka dan memperindah akhlaq mereka.